Administrasi Biden memberi peringatan kemungkinan embargo TikTok andaikata pemiliknya tidak melakukan divestasi
Menanggapi ancaman embargo paling anyar di AS, juru bicara TikTok Brooke Oberwetter mengatakan kepada Reuters bahwasannya “perubahan kepemilikan tidak akan memberlakukan pembatasan baru pada aliran data atau akses.” Kementerian luar negeri China, di sisi lain, mengatakan pemerintah AS belum memberikan bukti yang kredibel bahwasannya TikTok menimbulkan risiko keamanan nasional. Menyinggung bagian divestasi, perusahaan induk ByteDance mengatakan 60% sahamnya dimiliki oleh tubuh jerih payah di luar negeri, 20% dimiliki oleh karyawan, sedangkan sisanya dimiliki oleh para pendiri. namun, walaupun bagiannya lebih kecil, para pendiri menikmati pendapat yang jauh lebih kuat dalam hal hak bunyi terkait ketetapan dan kebijakan penting.
TikTok mengatakan telah mengalokasikan $1,5 miliar buat meningkatkan langkah-langkah keamanan bagi basis pemakai AS, memastikan data pemakai tidak disimpan atau diakses di luar perbatasan negara. Perusahaan media sosial, yang memiliki lebih dari 110 juta pemakai pada tahun 2023 menurut perkiraan Statista, mengatakan bahwasannya cara paling baik buat maju yaitu secara kolaboratif memperketat langkah-langkah keamanan, meningkatkan transparansi, dan meluncurkan lebih banyak pemantauan eksternal dan mengontrol pos inspeksi secara ketat. namun, menurut para ahli, bergerak maju dengan embargo langsung tidak akan mudah secara hukum, berkat kerangka perlindungan buat bisnis asing yang diabadikan dalam undang-undang AS. sekitar setahun yang lalu, dilaporkan bahwasannya departemen Keamanan Dalam Negeri secara aktif menyelidiki TikTok disebabkan khawatir membagikan Materi Pelecehan Seksual Anak (CSAM).